Adakah Istirahat dari Berjihad?
06.22 | Author: Andi
Al-Ikhwan.net | 12 May 2008 | 7 Jumadil Awal 1429 H | Hits: 453
Abi AbduLLAAH

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآَخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ (38) إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (39) إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (40) انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (41) لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لَاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (42) عَفَا اللَّهُ عَنْكَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِينَ (43) لَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ (44) إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ (45) وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ (46) لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلَّا خَبَالًا وَلَأَوْضَعُوا خِلَالَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (47) لَقَدِ ابْتَغَوُا الْفِتْنَةَ مِنْ قَبْلُ وَقَلَّبُوا لَكَ الْأُمُورَ حَتَّى جَاءَ الْحَقُّ وَظَهَرَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَارِهُونَ (48) وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ (49) إِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكَ مُصِيبَةٌ يَقُولُوا قَدْ أَخَذْنَا أَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَهُمْ فَرِحُونَ (50)

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan ALLAAH, kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya ALLAAH menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudaratan kepada-Nya sedikit pun. ALLAAH Maha Kuasa atas segala sesuatu. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka Sesungguhnya ALLAAH telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya ALLAAH beserta kita. Maka ALLAAH menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan menjadikan kalimat orang-orang kafir itu rendah dan kalimat ALLAAH itu tinggi. ALLAAH Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan ALLAAH, yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan (nama) ALLAAH: Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersamamu. Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan ALLAAH mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Semoga ALLAAH memaafkanmu, mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? Orang-orang yang beriman kepada ALLAAH dan hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. dan ALLAAH mengetahui orang-orang yang bertaqwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ALLAAH dan hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya. Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi ALLAAH tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka ALLAAH melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu. Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. dan ALLAAH mengetahui orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya dari dahulu pun mereka telah mencari-cari kekacauan dan mereka mengatur pelbagai macam tipu daya untuk (merusakkan) mu, hingga datanglah kebenaran (pertolongan ALLAAH) dan menanglah agama ALLAAH, Padahal mereka tidak menyukainya. Di antara mereka ada orang yang berkata: Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah. Ketahuilah bahwa merekalah yang telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang). Dan mereka berpaling dengan rasa gembira.” (QS. At Taubah: 38-50)

Sabab Nuzul:

Imam Al-‘Ayni dalam saat men-syarah Shahih Al Bukhari dalam kitabnya[1] menyatakan bahwa ayat ke-38 di atas turun saat Ghazwah Tabuk, menghadapi pasukan Romawi, yang bertepatan dengan saat ranumnya buah-buahan di Madinah (musim panen Kurma), lalu musim panas sedang amat teriknya[2], maka sebagian mukminin ada yang tertinggal tidak ikut berperang[3], juga dengan perjalanan yang amat jauh (letak Tabuk sekitar 600 km jauhnya dari Madinah, sehingga perang ini disebut juga Ghazwah ‘Usrah/perang yang amat sulit)[4]), dan menghadapi musuh yang amat banyak serta kuat[5]. Imam Al-Qurthubi menambahkan bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun ke-9 Hijrah setahun setelah peristiwa Fathu Makkah[6]. Syaikh Al Qaththan menambahkan bahwa saat itu pasukan muslimin terkumpul sekitar 30.000 orang melawan 100.000 orang pasukan Romawi, dan pada perang inilah kaum muslimin memberikan pengorbanan yang luar biasa, Utsman RA menyumbang 1000 dinar emas untuk peperangan, lalu datang Umar dengan setengah dari hartanya, dan Abubakar dengan menginfaqkan seluruh hartanya di jalan ALLAAH[7].

Malas Berjihad adalah Ciri Cinta Dunia

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآَخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

Dalam ayat ini ALLAAH Yang Maha Rahman, berkata Imam Abu Ja’far[8] bahwa makna “an-nafar” adalah: dari berangkat untuk berperang, sehingga maknanya adalah: Mengapakah kalian wahai orang beriman jika dikatakan kepada kalian keluarlah kalian untuk berjihad di jalan ALLAAH kalian berlambat-lambat karena lebih senang berada di negeri kalian atau di rumah kalian atau duduk-duduk saja[9]. Imam Al Baghawi menafsirkannya: Berangkatlah dengan bersegera dengan bersungguh-sungguh & bersemangat untuk mendukung hizbuLLAAH & menegakkan agama-NYA untuk membenarkan panggilan iman kalian[10]. Imam Al-Qurthubi menambahkan bahwa lafzh “ma lakum” merupakan harfu-istifham yang maknanya penegasan sekaligus celaan, sementara lafzh “tsaqaltum ilal ardh” artinya berlambat-lambat karena nikmat dunia[11], sementara Imam Al Baghawi menafsirkannya lebih suka tinggal di rumah kalian[12]. Sayyid Quthb memberikan gambaran yang mendalam tentang ayat ini, kata beliau: Ketahuilah bahwa beratnya dunia, keindahannya, perhiasan serta harta bendanya, semua itu akan membuat rasa takut akan kematian pada diri seseorang, takut kehilangan hartanya, takut kehilangan posisi & jabatannya, senang dengan istirahat & kemapanan, berat karena rencana-rencana jangka pendek yang telah dibuat serta tujuan-tujuan sesaat yang telah dirancang, yang kesemuanya mempengaruhi badannya, darahnya serta seluruh tubuhnya, sehingga seolah-olah ia menjadi terbenam ke dalam bumi, inilah makna yang tercermin dari potongan kata “tsaaqaltum”, yaitu bagaikan jasad yang telah terbenam, sehingga sulit untuk digerakkan, apalagi menerima komando untuk bangun & bergerak[13].

Malas Berjihad Menyebabkan Turunnya Adzab ALLAAH SWT

إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Berkata Imam At Thabari bahwa berfirman ALLAAH SWT mengingatkan kepada kaum mu’min dari golongan sahabat Nabi SAW, untuk tidak meninggalkan jihad, bersegera memenuhi panggilan qiyadah, dan taat kepada ALLAAH & Rasul-NYA, untuk melawan bangsa Romawi: Jika kalian tidak berangkat maka ALLAAH akan menyegerakan azab bagi kalian di dunia & mengganti kalian dengan kaum yang lain, yang tidak meninggalkan jihad, bersegera memenuhi panggilan qiyadah, serta taat kepada ALLAAH & Rasul-NYA[14]. Berkata Imam Al-Qurthubi bahwa ini adalah pernyataan yang amat tegas dan ancaman yang amat kuat bagi siapa-siapa yang meninggalkan jihad untuk menegakkan Kalimat ALLAAH[15]. Imam Al Alusy menyatakan bahwa jika kalian meninggalkan jihad, maka akan diazab dua kali yaitu di dunia & di akhirat lalu akan diganti dengan kaum lain yang lebih baik & lebih taat pada perintah jihad, karena DIA Maha Kaya dari membutuhkan kalian sedikitpun dan kemalasan kalian itu tidak berpengaruh terhadap ketetapan-NYA sedikit pun[16]. Imam Khazin menambahkan bahwa sebagian ulama menyatakan bahwa ayat ini telah di-nasakh oleh ayat QS 9:122, tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa ayat ini muhkamat karena ia adalah khithab untuk semua, oleh sebab itu maka tidak ada nasakh baginya[17]. Ada seorang sahabat yang pada asalnya juga ingin mangkir, yaitu Abu Khaitsamah RA, namun saat ia pulang ke rumahnya ia melihat istrinya telah menyiapkan ranjang yang empuk, menyiapkan makanan yang enak & buah-buahan serta minuman yang dingin, lalu ia berkata pada dirinya sendiri: “RasuluLLAAH SAW di tengah sengatan panasnya matahari & kerasnya tiupan angin musim panas padang pasir, sementara Abu Khaitsamah di bawah naungan yang teduh, makanan yang enak dan istri yang cantik.. Tidak! Tidak boleh begini!” Lalu ia langsung membereskan perbekalannya dan memacu tunggangannya mengejar RasuluLLAH SAW dan pasukannya[18].

(Bersambung Insya ALLAAH…)

___
Catatan Kaki:

[1] ‘Umdatul Qari, XV/457

[2] Ini juga pendapat Imam Ibnu Katsir, lih. Tafsir Al-‘Azhim, IV/153

[3] Yaitu orang-orang munafik, beberapa kabilah Badui, dan 3 orang sahabat terkenal (Ka’ab Ibnu Malik, Hilal Ibnu Umayyah & Murarah Ibnu Rabi’)

[4] Tafsir Al Qaththan, II/138

[5] Ma’alimu Tanzil, IV/48

[6] Jami’ Li Ahkam, I/2431

[7] Tafsir Al-Qaththan, II/138

[8] Jami’ul Bayan, XIV/251

[9] Imam Ibnu Katsir menambahkan: Lebih suka menikmati wangi buah-buah an (asyik berbisnis/niaga), lih. Al-‘Azhim, IV/153

[10] Nuzhmud Durar, III/453

[11] Jami’ul Ahkam, I/2431

[12] Ma’alimu Tanzil, IV/48

[13] Azh-Zhilal, IV/30

[14] Jami’ul Bayan, XIV/254

[15] Jami’ul Ahkam, I/2432

[16] Madarikut Tanzil, I/444

[17] Lubab At-Ta’wil, III/269

[18] Tafsir Al-Qaththan, II/138



Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Al-Ikhwan al-muslimun

Penterjemah: Abu Ahmad

_____

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada bagi nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabat semua..

Sesungguhnya penjajahan Barat pasukan salib yang sangat fanatic dan Timur yang atheis tidak akan pernah mampu, walau menggunakan dengan berbagai usaha militernya yang bar-bar untuk menguasai dan menelan negeri Islam, berbagai serangan yang datang dari balik laut selalu mengalami kegagalan dan kembali dengan tangan kosong. Namun saat ini musuh Islam mengubah taktiknya dan mulai menyebarkan kafilah dalam bentuk misionaris dan membuat keraguan di tengah umat, berusaha menggenggam agama yang agung ini, yang telah dijanjikan oleh Allah untuk dijaga hingga hari akhir. Begitupun dengan Yahudi yang melakukan makarnya dan konspirasi terhadap khilafah Islam, mereka yang sejak lama tidak pernah berhenti berusaha melakukan penghancuran terhadap Islam dan pembantaian terhadap Umat Islam, menghilangkan aqidah Umat melalui strategi konspirasi sejak masa nabi Muhammad saw hingga saat ini, khususnya terhadap warga dan bangsa Palestina dan Al-Quds (sebagai pusat dunia Islam) masih terngiang dalam ingatan kita!!

Sungguh benar firman Allah SWT saat berkata :

لاَ يَرْقُبُونَ فِي مُؤْمِنٍ إِلاً وَلا ذِمَّةً وَأُوْلَئِكَ هُمْ الْمُعْتَدُونَ

“Mereka tidak memelihara (hubungan) Kerabat terhadap orang-orang mukmin dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. dan mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas”. (At-Taubah:10).

Dan karena kondisi inilah akhirnya membuat sebagian umat Islam kembali bangkit akan ghirah dan perasaan mereka, dan tampak bermunculannya gerakan perbaikan di dunia Arab dan Islam untuk melawan permusuhan dan menghantam kedzaliman dan orang-orang dzalim.

Dan d itengah gejolak dan gemuruhnya perasaan ini, muncul gerakan yang fenomenal dan berpengaruh –yaitu gerakan Al-ikhwan al-muslimun- yang menggenggam dengan erat bendera Islam sebelum jatuh, dan tentunya –segala puji bagi Allah- merupakan gerakan pembaharuan yang integeral bagi umat Islam, berusaha untuk kembali pada sumber-sumber yang asli terhadap agama ini, sekalipun rintangan dan hambatan datang silih berganti mengikuti jalannya yang telah digariskan, guna menuju tujuan yang telah ditentukan dan misinya yang agung.. siapakah Al-Ikwan Al-muslimun tersebut? Apa tujuan dan misi mereka? Inilah yang akan coba kita jabarkan pada kesempatan kali ini.

Kesaksian akan kebenaran yang kita selalu banggakan terhadapnya

Umat Islam dan bangsa Arab menyaksikan, begitupun non muslim –dari para cendikiawan dan ulama terkemuka- bahwa gerakan al-ikhwan al-muslimun adalah gerakan percontohan dalam pemahamannya terhadap Islam, mengamalkannya dan berdakwah kepadanya dan mempraktekkannya dalam dirinya, yang merupakan sekolah terbesar dan agung dalam sejarah modern saat ini; karena jamaah tersebut membawa manhaj yang benar yang bersumberkan pada kitab dan sunnah serta tauladan amal shalih para salaf… menerapkan metode wastiyah (pertengahan), melakukan tarbiyah pada ikhwan lainnya dalam bentuk keseimbangan dalam segala hal, dan tentunya ini adalah pilihan Allah untuk umat Islam.

Allah berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”. (Al-Baqoroh:143)

Sebagaimana disaksikan oleh banyak orang bahwa Al-Ikhwan membentuk generasi mukmin yang jujur dan benar keimanannya, mencetak dirinya tanpa ada rasa ragu terhadap apa yang ingin dikatakan kepada orang lain, dan untuk mencapai tingkatan ini mengharuskan adanya tarbiyah yang berkesinambungan dan perlahan-lahan, dan hal itu masih menjadi dasar pijakan, karena tabiyah merupakan sarana satu-satunya untuk melakukan perubahan, menempuh jalan yang sulit dan panjang, membutuhkan kesabaran dan nafas yang panjang, sebagai jalan yang ditempuh oleh penghulu para duat –nabi Muhammad saw- dan para sahabatnya, tidak ada yang bersabar menempuhnya kecuali para ulul azmi (yang memiliki azam yang kuat), dan ashabul himam al-aliyah (pemilik keinginan yang tinggi).

Para generasi muda yang dibentuk oleh Al-Ikhwan mampu mencuat ke berbagai medan perjuangan..dari melakukan kerja untuk kebaikan hingga kerja social… hingga memberikan bantuan untuk kemaslahatan umat manusia, dan pada kondisi bahaya dan mencekam mereka mencuat ke medan jihad.. hingga ke Palestina dan di terusan Suez, mereka mengangkat senjata yang sederhana berhadapan dengan pasukan Inggris dan Yahudi laknatullah alaihim, namun mereka tetap yakin dan teguh bahwa keimanan tidak akan bisa dikalahkan, berambisi untuk mati di jalan Allah sebagaimana musuh berambisi untuk hidup, sekiranya bukan karena ujian yang dialami oleh Al-Ikhwan dan mereka tidak ditarik dari medan perang di Palestina dan kemudian dipenjarakan, maka mereka akan mampu melakukan perubahan kondisi yang dialami saat itu hingga sekarang, namun tidak ada kuasa dan daya kecuali hanya Allah SWT!!..

Mereka yang memiliki i’tikad baik yang dicetak di tengah mihrab (beribadah kepada Allah), hidup yang penuh dengan jalinan hati kepada Tuhan pemilik bumi dan langit, mencerahkan dunia dengan generasi yang beriman, dan mampu mengembalikan umat yang takluk akan ketsiqohannya setelah hampir mengalami kehancuran, sehingga sebagian orang bertanya-tanya: Apakah ada yang tersisa dari model pahlawan ini yang masih hidup di tengah negeri yang terhalang untuk berjalan di lintasan ini? Namun Islam tetap memiliki kemampuan mencetak generasi setingkat itu, generasi yang bertaqwa, suci dan bersih, yang tidak mengenal kebohongan, penipuan, curang, dan berambisi ingin mengembalikan umat pada kenangan para shalihin dan siddiqiin?! Mereka adalah Al-Ikhwan yang diseru oleh Al-Banna untuk kembali kepada Allah dan kemudian mereka menerima seruan tersebut, mengangkat kepala dan membusungkan dada diatas ketamakan, desas-desus dan syahwat para musuh, meninggalkan segala tipu daya yang membuat lalai terhadap dunia dan berjalan di balik tirai fitnah-fitnah.

Marilah kita simak seruan yang agung; yaitu seruan untuk membangkitkan umat Islam –agar kembali kepada Tuhan mereka-, beliau berkata:

• Kembalilah kepada Islam wahai yang sedang kebingungan di tengah kerasnya kehidupan.. yang terjerumus di kegelapan malam yang pekat…

• Kembalilah kepada Islam wahai yang berdiri di depan pintu kebaikan, yang kalian tidak tahu jalan manakah yang akan kalian lintasi, dan jalan manakah yang akan kalian lewati…

• Kembalilah kepada Islam wahai yang telah bercampur dengan berbagai macam sarana, hati yang bingung terhadap berbagai tujuan, namun tidak mendapatkan satu tujuanpun, dan tidak mampu menentukan sarana yang baik sedikitpun…

• Kembalilah kepada Islam wahai orang yang sedang bermain api namun gagal, bahkan telah mengarahkan kepada kalian pada ideology yang rancu, akal yang sempit dan terbatas..

• Kembalilah kepada Islam yang memberikan petunjuk, yang cerah dan bersinar terang yang membawa rahmat langit menuju bumi…

• Kembalilah kepada Islam wahai para aktivis yang ikhlas

Saya tidak mengajak pada Islam oportunis karena Islam merupakan pengorbanan dan kerja keras, bukan pada kepengecutan karena Islam merupakan keberanian dan keuletan, bukan pada kedustaan dan tipu daya karena Islam merupakan keterus terangan, kegamblangan dan kejujuran, namun saya menyeru pada keikhlasan dari para aktivis, mengajak mereka yang memiliki cita-cita mulia untuk membahagiakan dan mensejahterakan manusia dan ketentraman masyarakat, sehingga bertolak dalam kerja keras ini dengan penuh keberanian, tangguh, terus terang dan gamblang…

• Kepada semuanya aku serukan :

قَدْ جَاءَكُم مِّنَ اللَّهِ نُورٌ وكِتَابٌ مُّبِينٌ. يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ ويُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إلَى النُّورِ بِإذْنِهِ ويَهْدِيهِمْ إلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (Al-Maidah:15-16)

Prinsip-prinstip dan tsawabit dakwah al-ikhwan

Dakwah Al-Ikhwan Al-Muslimun memiliki prinsip dan tsawabit yang tidak pernah dilanggarnya, diantaranya:

Prinsip pertama:

Pembentukan dan pembaharuan

Bahwa pemahaman tajdid (pembaharuan) menurut Al-Ikhwan adalah melakukan lompatan baru yaitu mengembalikan bangunan dari awal dan dari pondasinya… hal itu harus dibedakan antara mendirikan daulah dan mengadakannya kembali, diantara kelesuan dan kehancurannya, karena pada kondisi pertama; kerja para duat adalah menyeru, melakukan perbaikan dan meluruskan yang bengkok, menolak segala kerancuan yang masuk ke dalam Islam, adapun yang kedua setelah keruntuhan al-khilafah dan adanya penguasaan asing serta penjajahan atas negeri-negeri Islam, maka dibutuhkan pembentukan dan pembangunan kembali, dan inilah yang diperingatkan oleh imam Al-Banna ketika berkata: “Kami menginginkan sosok muslim, keluarga muslim, umat muslimah dan pemerintahan yang Islami”.

Prinsip kedua:

Universalitas

Agama yang agung ini harus difahami bahwa seluruhnya memiliki keterikatan, setiap bagian yang ada di dalamnya tidak akan mampu ditunaikan kewajibannya kecuali harus bersamaan dengan yang lainnya; seperti aqidah, syariah dan ibadah semuanya memiliki integralitas, tidak boleh ada pemisahan antara agama dengan politik, agama dengan Negara, ibadah dengan qiyadah, bahkan tidak ada pemisahan pada selain ini semua.

Dan inilah prinsip dan keyakinan Al-Ikhwan Al-Muslimun dan keyakinan setiap orang yang memahami risalah ini dengan pemahaman yang benar dan utuh, umat Islam –sekalipun memiliki banyak perbedaan- merupakan satu kesatuan dan umat Islam wajib bekerja dan berjuang untuk mewujudkan kesatuan tersebut.

Prinsip ketiga:

Iman yang terpatri dalam jiwa setiap muslim

Bukanlah keimanan yang membuatnya mabuk dan tidur, namun keimanan dalam Islam adalah mencakup segala aspek kehidupan, memberikan hukum dalam segala urusan, meletakkan nidzam (system) secara tepat dan detail, tidak hanya terfokus pada permasalahan yang semu dan system yang membutuhkan perbaikan ragam masyarakat, berpegang teguh pada kitab Allah; yang merupakan asas Islam dan pondasinya, dan sunnah Rasulullah saw.

Prinsip keempat:

Al-Ikhwan dan keyakinan loyalitas

Al-Ikhwan memandang bahwa kekokohan umat Islam dan sumber kehidupan dan kekuatannya adalah ikatan aqidah yang memberikan kemuliaan kepadanya, mengubahnya memiliki pengaruh yang besar pada umat lain yang terpedaya pada kehidupan duniawi dengan satu kalimat; keadilan dan kebenaran.. keteguhannya memancarkan kewajiban yang difardlukan oleh Islam terhadap umat Islam untuk kemaslahatan ikhwannya (saudaranya) sesama muslim, yaitu loyalitas yang berupa kecintaan dan pembelaan

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

“Sesungguhnya hanya orang yang berimanlah yang bersaudara”. (Al-Hujurat:10)

dan firman Allah:

والْمُؤْمِنُونَ والْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ ويَنْهَوْنَ عَنِ المُنكَرِ ويُقِيمُونَ الصَّلاةَ ويُؤْتُونَ الزَّكَاةَ ويُطِيعُونَ اللَّهَ ورَسُولَهُ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (At-taubah:71).

Hilangnya loyalitas akan mensirnakan kesempurnaan iman, dalam hadits disebutkan:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sehingga mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”. (Bukhari),

dan bersabda nabi saw:

لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا

“Tidaklah kalian akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidaklah sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai”. (Muslim)

Al-Ikhwan juga berkeyakinan bahwa loyalitas yang terbesar dan agung adalah loyal kepada Islam dan peradabannya, dan hal ini tidak menghalangi mereka untuk loyal kepada hal yang terkecil sekalipun; kepada keluarga, kerabat dan Negara tempat mereka berteduh dan tumbuh serta hidup, bahkan kepada umat yang mereka ikut serta di dalam kehidupan khususnya aqidah dan agama…

Imam Al-Banna berkata “Sesungguhnya Al-Ikhwan Al-Muslimun sangat mencintai negaranya, berambisi untuk menjaga persatuannya, dan tidak ditemukan kebencian sedikitpun kepada setiap orang yang ikhlas untuk mencintai negaranya, berjuang untuk membela kaumnya, bercita-cita mengangkat kemuliaan dan kebesaran negaranya, mendahulukan yang lebih dekat dan terdekat; hubungan silaturrahim dan tetangga..kami bersama para duat bahkan selalu bersama dalam perjuangan dalam berbagai nilai-nilai yang baik untuk mengembalikan kebaikan Negara dan bangsa, karena Negara baginya tidak keluar dari pemahaman yang merupakan bagian dari ajaran Islam, adapun perbedaan kami dengan mereka adalah bahwa menurut kami batasan Negara adalah dengan aqidah sementara mereka memandang dengan garis territorial Negara dan batas geografi”. (Majmuah rasail)

Prinsip kelima:

Jihad di jalan Allah

Al-Ikhwan Al-mulimun dibina dengan jihad fi sabilillah, imam Al-Banna berkata: “Yang saya maksud dengan jihad adalah kewajiban dari masa lalu hingga hari qiyamat, dan pemahaman yang diucapkan oleh Rasulullah saw :

من مات ولم يغزُ ولم ينوِ الغزو مات ميتةً جاهليةً

“Barangsiapa yang meninggal dan belum pernah berperang dan tidak punya niat untuk berperang maka meninggalnya adalam keadaan jahiliyah”.

Dalam hadits lain disebutkan :

من سمع بي وسره أن يراني فلينظر إلى أشعث شاحب مشمِّر، لم يضع لبنةً على لبنة، ولا قصبةً على قصبة، رفع له علم فشمَّر إليه، اليوم المضمار وغدًا السباق، والغاية الجنة أو النار

“Barangsiapa yang mendengar tentang diriku dan bergembira melihatku maka hendaklah ia melihat orang yang rambutnya kusam (karena letih), berjuang dan bersungguh, yang tidak meletakkan batu diatas batu bata lainnya, kayu diatas kayu lainnya, yang diangkat dan ditinggikan bendera dan bersungguh-sungguh kepadanya, pada hari itu dia berusaha dan esoknya dia bertarung, dan tujuannya adalah surge atau neraka”. (Ibnu Hibban dan Thabrani)

Dan kedudukan jihad menurut Al-Ikhwan adalah rukun yang sangat agung setelah dua kalimat syahadat, yang mencakup segala aspek kehidupan dari mulai pertama hingga akhir kehidupan manusia, yang memiliki banyak halaqoh dan fase, dan apapun kerancuan yang ada di dalamnya maka bisa jadi tidak mengarah pada tujuan yang dituntut.

Bahwa perjalanan sangatlah panjang, hambatan dan rintangan sangatlah banyak, dan ketergelinciran di dalamnya bisa berakibat bahaya, sehingga harus ada orang yang berjalan mempersiapkan dirinya dengan sabar dan menguatkan kesabaran, terbiasa menanggung beban dan berkorban, mengeluarkan segala kesusahan dirinya dan menolak segala bisikan syaitan.

Al-Ikhwan berkeyakinan bahwa jihad merupakan suatu yang sangat urgen guna melestarikan kesejahteraan umat dan menjadikannya sebagai umat yang kuat dan disegani, jauh dari jamahan orang yang tamak; karena itu Allah mencela orang yang bermalas-malasan dan duduk-duduk tidak mau berjihad:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمْ انفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنْ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيلٌ

“Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit”. (At-Taubah:38)

Prinsip keenam:

Al-Ikhwan dan permasalahan amar ma’ruf dan nahyu anil munkar

Al-Ikhwan berkeyakinan bahwa memberikan arahan dan nasihat merupakan kewajiban bukan sekedar dibolehkan, Allah telah menjelaskan bahwa umat Islam tidak berhak mendapatkan kejayaan di muka bumi kecuali dengan menjaga dan menunaikan karakternya, yaitu

تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنْ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (Ali Imran:110)

وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ* الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوْا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنْ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”. (Al-Hajj:40-41)

Dan kaetika umat lalai dari perkara ini maka terhalang baginya perlindungan dan kemenangan, sehingga perkara ini sangatlah urgen sekali ketika ada sebagian yang menyembunyikan kebenaran, mengacuhkan yang ma’ruf dan mengabaikan kemungkaran.

Rasulullah saw bersabda:

لا تزال لا إله إلا الله تنفع مَن قالها وترد عنهم العذاب والنقمة ما لم يستخفُّوا بحقها؟! قالوا يا رسول الله، وما الاستخفاف بحقها؟ قال: يظهر العمل بمعاصي الله فلا ينكر ولا يغيِّر

“Kalimat “La Ilaha illa Llah, masih akan memberikan manfaat bagi orang yang mengucapkannya, dan menolaknya dari azab dan kesengsaraan selama tidak mengabaikan haknya?!. Para sahabat berkata, wahai Rasulullah saw, apa yang dimaksud dengan mengabaikan haknya? Beliau bersabda: “Tampak perbuatan maksiat kepada Allah dihadapannya namun tidak mau mengingkarinya dan merubahnya”.

Karena itu Al-Ikhwan berkeyakinan bahwa kewajiban setiap muslim adalah menjaga keimanan dalam dirinya dan lingkungannya secara khusus…memberikan arahan dengan penuh hikmah, memberikan penjelasan dengan tenang, memberikan nasihat dengan penuh kasih sayang dan bersungguh-sungguh menjalin silaturrahim antara dirinya dengan orang yang hidup bersamanya.

Bahwa menjalankan nasihat merupakan kewajiban kepada siapa saja yang membutuhkan nasihat akan ajaran Islam, dalam hadits disebutkan:

الدين النصيحة، قلنا لمن؟ قال: لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم

“Agama adalah nasihat, kami berkata: untuk siapa? Beliau menjawab: Untuk Allah, kitabnya, Rasulnya, para pemimpin Islam dan orang-orang yang awam”.

Dan nabi saw membai’at para sahabatnya untuk mendengar, taat dan memberi nasihat pada setiap muslim.. Imam Al-Banna juga berkata: “Adapun mereka yang mengajak pada kebaikan dan mencegah akan kemungkaran, harus memulai dari diri mereka sendiri, kemudian kepada keluarganya dan rumah tangganya, kemudian saudara-saudaranya dan teman dekatnya, dan mereka melakukan itu semua dengan penuh kesabaran, perjuangan, bijak dan nasihat yang baik.

Kalian tidak akan melihat media masa mereka kecuali dalam bentuk mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran?! Dan tidak akan kalian lihat dari nasihat dan ucapan mereka kecuali jalan menuju kebaikan ini?!

Prinsip ketujuh:

Al-Ikhwan dan permasalahan wanita

Al-Ikhwan berkeyakinan bahwa wanita yang telah dimuliakan oleh Islam, dijaga dan dihormati, dijadikan sebagai murabbiyah, pemimpin dalam rumahnya, berpartisipasi dengan suaminya, sementara barat melecehkan dan menghancurkannya, dan mengubahnya menjadi peliharaan dan permainan.

Dan Al-Ikhwan sejak berdirinya menentang segala macam dan bentuk penghalalan, keterbukaan wanita dan bercampur baur dengan lelaki; baik di sekolah-sekolah dan di perkantoran, sebagaimana juga Islam melindungi hak-hak wanita, wanita memiliki harta sendiri, tidak boleh seorangpun mengambilnya kecuali atas izinnya, dan baginya hak untuk bekerja sesuai dengan kemampuannya, berhak untuk bekerja dalam bidang bisnis, dan juga memiliki hak untuk memilih pasangan atau menolak pasangan yang diajukan atau datang kepadanya.

Dan diantara sikap Al-Ikhwan dalam bentuk keilmuan, sejak awal berdirinya di kota Al-Isma’iliyah mendirikan sekolah khusus yang bernama ummahatul mukminin, dengan membuat di dalamnya manhaj yang menyatukan antara adab-adab Islam dan konsep-konsep kontemporer, dan Al-Ikhwan juga membuat bagian lain untuk akhwat, dan tujuan dari itu adalah berpegang teguh pada adab-adab Islam dan dakwah pada kemuliaan, dan menjelaskan khurafat yang merusak dikalangan wanita muslimah, menyusun pelajaran-pelajaran dan muhadhoroh sebagai nasihat dan tarbiyah.

Bahwa kesadaran Islam yang dihadirkan oleh Al-Ikhwan kepada umat terpenuhi setelah kelalaian menimpa akal umat Islam, dan pada hari ini telah bangkit walaupun dalam kondisi yang pahit…dan para pemuda Islam telah memahami urusan hidupnya yang mulia, tujuan agamanya yang tinggi setelah hampir saja terdegradasi ajaran-ajaran agama ini dari kehidupan umat.

Sekiranya risalah ini bukanlah risalah terakhir, dan nabi Muhammad saw sebagai rahmat sekalian alam dan penutup para nabi, dan Al-Qur’an bukan kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah untuk umat manusia.. sekiranya tidak ada ini semua, maka tidak akan ada kesadaran yang mampu memimpin umat Islam menuju alam kebangkitan dan menjauhkan mereka dari kelalaian, dan sungguh benar firman Allah yang Maha Agung, ketika berfirman :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (Al-Ankabut:69)
कुम्पुलन taujih
06.05 | Author: Andi
izzatul_afifah (5/19/2008 6:45:38 AM): Diriwayatkan daripada Abdullah bin Umar r.a, sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda: "Apabila salah seorang di antara kamu makan, hendaklah dia makan dengan menggunakan tangan kanannya dan apabila dia minum hendaklah dia minum dengan menggunakan tangan kanannya kerana sesungguhnya syaitan itu, dia makan dengan menggunakan tangan kirinya dan minum juga dengan menggunakan tangan kirinya." (Hadis riwayat Imam Muslim).